27 April 2009

r u ready yet

Tidak mudah memutuskan menikah di usia muda. Dari alasan belum cukup menikmati masa muda, merasa belum matang secara mental dan finansial, sampai yang terbentur dengan restu orang tua. Alasan2 tersebut memang masuk akal, namun menurut saya dalam memutuskan untuk menikah baik itu diusia muda atau tua sekalipun adalah masalah keikhlasan karena kesadaran dan dorongan untuk menjadi mahluk yang lebih sempurna. Usia muda yang dimaksudkan disini bukan yang dibawah umur, namun yang sudah dianggap layak oleh agama maupun undang - undang.
Kemunafikan secara sadar maupun tidak yang terkadang tersikap dalam diri orang - orang yang mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam ikatan suami-istri itu harus dipersiapkan secara matang dan bla bla bla.. padahal ukuran kesiapan tersebut menurut saya merupakan alibi semata.

Contoh soal jika orang tersebut sudah mapan secara finansial dia menunda untuk menikah dengan alasan blm mapan secara mental, lha.. ukuran kemapanan mental tidak bisa diukur dengan alat ukur manapun.
Sekarang kita balik orang mengaku sudah mapan secara mental namun dia juga menunda untuk menikah karena merasa blm mapan secara finansial. lha.. apa jaminannya mapan secara finansial akan mampu mengarungi mahligai rumah tangga. Oke sekarang yang paling ideal, sudah mapan secara mental dan finansial.. atau kita buat lebih sempurna lagi, ditambah kedua insan tersebut juga sdh saling cocok, kedua ortu juga sdh ok, namun lagi2....
Secara umum mereka tidak ikhlas menerima kehilangan atas sesuatu. Bisa itu kehilangan atas pergaulan mereka, kebebasan mereka, atas hak gonta-ganti pasangan, kehilangan hak ketergantungan dengan orang tua, atau kehilangan karier biasanya buat wanita, dll.

Mereka yang menikah ketika merasa di posisi sudah sempurnapun tidak sedikit yang bercerai dikemudian waktu dengan alasan yang pada waktu akan menikah dirasa sudah sempurna. ironis...sebagai contoh kecil mungkin ada beberapa orang yang menikah di Tanah Suci pun tidak terlalu lama mereka untuk mengkaramkan biduk pernikahan mereka.
Menikah dini terkadang merupakan suatu pilihan dan terbentuk dari pemikiran yang bukan bersifat duniawi. tentu yang dimaksud bukan menikah dini atas akibat faktor yang negatif.

Saya juga sedikit tidak nyaman mendengar orang yang mengatasnamakan jodoh ditangan Tuhan, dan menggunakan alasan tersebut ketika ditanya tentang blm ditemukannya pasangan mereka. Karena saya tidak sepakat dengan hal tersebut. karena jika jodoh ditangan tuhan tidak akan ada yang namanya perceraian. Atau berarti Tuhan menjodohkan kita dengan banyak orang, karena dalam Islam Tuhan menghalalkan kaum lelaki untuk mempunyai lebih dari seorang istri walaupun dengan syarat. Mereka yang mengatakan jodoh ditangan Tuhan kebanyakan merujuk dari Nash2 AlQuran yang kurang lebih dikatakan disitu " kalian diciptakan berpasang-pasangan....". Menurut saya dalam Nash tersebut yang dimaksudkan "berpasang-pasangan" adalah secara garis besar yaitu laki-laki dan perempuan. bukan merujuk ke setiap individu mempunyai pasangan yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Karena jika kita menikah dan itu dianggap pasangan yang disiapkan Tuhan lantas jika nanti semisal bercerai berarti Tuhan salah dalam menyiapkan pasangan buat kita. Intinya jika anda menganggap jodoh ditangan Tuhan, itu artinya yang anda pahami dikemudian hari jika ada keributan atau perceraian di pernikahan kita, secara tidak langsung kita telah mengingkari apa yang tuhan berikan terhadap anda dan itu berarti suatu perlawanan. Padahal jelas dalam Islam dihalalkan untuk bercerai. itu rancu....

Menikah adalah ibadah, barang siapa menunda ibadah tanpa ada alasan yang mampu melebihi kemaslahatannya itu sendiri maka itu merupakan suatu kerugian bagi diri kita sendiri maupun di mata Tuhan.

Sekali lagi menurut saya dalam memutuskan siapa pasangan kita dan kapan kita harus menikah mutlak ditangan kita sendiri. kita cuma harus meminta kepada Tuhan untuk mendekatkan atau menunjukkan siapa2 saja pasangan yang baik buat kita. karena menurut saya jodoh bukanlah ditangan tuhan. tapi ada dalam kehendak dan pengetahuan kita sendiri.
Keikhlasan dapat berarti banyak hal.........
Tulisan ini untuk istriku yang akan berulang tahun tanggal 29 April 2009 besok.
Dia telah rela dan ikhlas untuk menikah dengan saya diusia mudanya, disaat kehidupannya sedang dalam keadaan sangat berwarna, berkecukupan, penuh uphoria anak muda metropolitan. Dia rela meninggalkan itu semua untuk mencari sesuatu yang lebih absolut. Dan seiring perjalanan biduk rumah tangga kami, saya banyak belajar dalam memahami akan hidup dan tujuan pernikahan itu sendiri dan saya mensyukurinya.

26 April 2009

PRIAMBULE

Ini tulisan pertama saya diblog. Dalam semua hal pasti ada permulaan. Memulai sesuatu bisa jadi bagi beberapa orang merupakan hal yang kurang disukai atau bahkan ditakuti, entah itu memulai hal baik atau buruk. Macam ketakutan maupun keraguan dalam memulai sesuatu tidak perlu dibicarakan karena kita mungkin sepakat untuk menghilangkan segala jenis ketakutan atau keraguan tersebut dari pemikiran kita.

Kita bicara tentang memulai sesuatu hal yang positif. Sesuatu yang jika kita berani dan bisa memulai tentang apa saja, yang mampu memberi kita peluang sedikit atau banyak akan perubahan kearah yang lebih baik dengan ukuran logika, sebaiknya segera kita permulakan.

Mulailah sekarang dari hal yang kecil sampai hal yang ekstrim agar kita dapat melakoni proses, karena dalam proses itulah kita mampu menyerap pembelajaran suatu yang tepat maupun yang tidak tepat. Agar kedepan kita mampu bersikap rasional jika dihadapkan dengan persoalan sejenis.

Mari memulai sesuatu dan sebanyak-banyaknya dalam segala hal. Memulai dengan niat, menjalani dengan ikhtiar dan mengakhiri dengan bersyukur. Hasil akhir dari yang dimulai kadang tidak terlalu penting, yang terpenting adalah proses dari segala sesuatu yang kita mulai. Karena proses tersebut akan membawa sensasi yang membuat kita lebih hidup dan bermakna.

Memang suatu hal yang memuaskan jika apa yang dituju mampu dicapai. Namun terkadang juga akan menjadi anti klimaks.

So..Lets begin now………!!!